Kamis, 27 Juni 2013

budidaya cabe merah



                           CARA MUDAH MENANAM CABE MERAH KRITING 

        Budidaya cabai keriting adalah hal yang sangat menarik untuk menambah pemasukan keuangan dan sudah tidak asing lagi, tetapi kalau menanamnya di lahan kering atau lahan tadah hujan, membutuhkan tehnik khusus agar mendapatkan hasil yang maksimal. Kita hanya dapat menanam dua kali saja dalam setahun, karena setiapa pasca panen harus di selingi dengan tanaman yag lain. Inilah tehnik budidaya cabai keriting di lahan kering ataupun basah:

1. Persiapan Lahan

        Lahan dibuat guludan dengan ukuran lebar 100-110 cm, panjang menyesuaikan dengan lahan. Tinggi guludan 40-60 cm (tergantung keadaan lahan), jarak antar guludan/parit 80 – 100 cm, itu berguna untuk:
  • Perkembangan Tanaman Cabe Tersebut
  • Mengurangi penyakit atau hama pada tanaman cabe
  • Memudahkan kita dalam merawat tanaman cabe tersebut

Persyaratan lahan untuk Tanaman cabai  sistem MPHP adalah :


  • Tempatnya terbuka agar mendapat sinar matahari secara penuh.
  • Lahan bukan bekas pertanaman yang sefamili, seperti kentang, tomat, terung taupun tembakau ; guna menghindari risiko serangan penyakit.
  • Lahan yang paling baik adalah berupa tanah sawah bekas tanaman padi, agar tidak perlu membajak cukup berat.
  • Cukup tersedia air

Syarat tanah untuk tanaman


  • gembur
  • subur atau banyak mengandung unsur hara
  • jangan tergenang air
Alat yang diperlukan


  • Cangkul, garpu tanah, kored, gembor ember, ember, meteran, timbangan dan tali kenca (untuk ukuran pelurus bedeng dan tanaman).
Bahan diperlukan untuk budidaya cabe


  • Benih cabai, pupuk kandang, pupuk organik, TSP, Bambu, Insektisida, Fungisida, KCL, Polibet kecil, tali plastik.
Pengolahan tanah


  • Dapat Anda lakukan dengan membajak atau mencangkul sedalam 30-50 cm atau sesuai bentuk lahan, hingga tanah menjadi gembur. Setelah itu biarkan 21-35 hari untuk mendapatkan sinar matahari.
  • Pembuatan bedeng
  • Lebar bedeng 100  120 cm.
  • Tinggi bedeng 40  60 cm. (tergantung bentuk lahan)
  • Jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 80  100 cm . arah bedeng dari timur ke barat (berguna agar seluruh tanaman cabai merata terkena sinar matahari).
Syarat pupuk pada bedeng


  • Syarat pupuk kandang yang baik adalah
  • tidak berbau.
  • tidak panas dan benar-benar sudah matang
  • berwarna kehitam hitaman.
2. JARAK TANAM DAN SISTEM TANAM
Jarak Tanam
Jarak tanam yang  digunakan  dalam budidaya cabai merah ini adalah 40 x 60 cm (segi tiga) dengan populasi tanaman 16.000 batang/ ha
Pemangkasan
Perempelan tunas
Penyiraman
Ketersedian air harus memadai karna itu hal utama bagi budidaya cabai merah. Pengairan/ kelembaban bedeng disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Pengapuran
Persipan media tanam dalam budidaya tanaman cabe merah dengan pemberian kapur/ doulomite sejumlah 2 ton/ ha atau secukupnya tergantung lahan

3.  PEMBIBITAN
  Pembibitan tanaman cabe keriting ini bisa dilakukan pada media pembibitan sendiri.  Media ini terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang yang dihaluskan dan diletakkan di tempat yang teduh atau diberi naungan agar jauh dari siraman air hujan secara langsung. Untuk memudahkan saat pemindahan bibit tanaman cabe keriting ini ke lahan tanam, sebaiknya pembibitan dilakukan di dalam polibag kecil.  Selama masa pembibitan, lakukan penyiraman secara teratur pagi atau sore hari.

4.  PENANAMAN
  Penanaman tanaman cabe keriting ini bisa dimulai ketika bibit sudah mencapai panjang sekitar 2 sampai 5 cm atau sekitar 15 sampai 27 hari dari masa pembibitan.  Saat memindahkan tanaman cabe keriting ini ke lahan terbuka, usahakanlah akar tanaman tidak rusak dan masuk ke dalam lubang tanam.  Buatlah jarak tanam sekitar 50cm x 50cm atau lebih, karena kanopi daun tanaman cabe keriting ini yang besar dengan batang dan cabang.

5.PEMELIHARAAN
  Pemeliharaan tanaman cabe keriting ini sama seperti tanaman cabe lainnya, yaitu penyiraman yang teratur, pemberian pupuk tambahan, pemasangan bambu penyangga atau turus/ajir, penyemprotan hama dan pemasangan mulsa plastik untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit dari dalam tanah.

6. PEMUPUKAN
 Perlakuan pemupukan  dalam budidaya cabai merah dilakuakn dalam beberapa tahap yaitu :


  • Pemupukan (ha),  pemupukan melalui akar
  • Pupuk dasar diberikan sebelum pemasangan MPHP
  • Pupuk kandang ayam 20 ton/ ha atau secukupnya
  • ZA        : 560 kg/ ha
  • TSP      : 480 kg/ ha
  • KCl       : 320 kg/ ha
  • Borax   : 16 kg/ ha
  • Curater    : 16 kg/ ha
  • Pupuk Susulan: NPK (15 : 15 : 15) sebanyak 250 kg/ ha diberikan pada umur 20, 40, 60, 80 dan 100 HST masing-masing 1/5 dari total dosis di atas.
7.PANEN
  Panen tanaman cabe keriting ini dilakukan pada masa 3 bulan setelah tanam atau sekitar 70 hari setelah tanam.  Panen dapat dilakukan lebih dari satu kali mengingat tingkat kematangan tiap buahnya berbeda-beda dalam satu pohon tanaman cabe keriting ini.


HAMA CABAI

Ulat Grayak (Spodoptera litura) 

Serangga dewasa dari hama ini adalah kupu-kupu, berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan ditutp dengan bulu-bulu. Jumlah telur tiap betina antara 25-500 butir. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok dan kemudian menyebar. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari. Stadium yang membahayakan dari hama Spodoptera litura adalah larva (ulat). Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar. Ulat ini memangsa /menyerang tanaman cabai. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabai. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabai menurun. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

Mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh.
Kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman.
Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc/ Polydor/ matador.
Sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan.

Kutu daun (Aphid)
Kutu daun tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabai. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Kultur teknik, yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai.
Kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc / Polydor/ matador.

Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas, kemudian merusak buah cabai. Buah-buah yang diserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk dan berlubang kecil. Buah cabai yang terserang akan dihuni larva yang pandai meloncat-loncat. Akibatnya semua bagian buah cabai rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah.
Mekanis, yaitu dengan mengumpul-kan buah cabai yang terserang, kemudian dimusnahkan.
Kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc / Polydor/ matador.

Thrips (Thrips sp.)
Spesies Thrips yang sering ditemukan adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga Thrips sangat kecil, panjang + 1 mm, berkembang biak tanpa pembuahan sel telur (partenogenesis) dan siklus hidupnya berlangsung selama 7 - 12 hari. Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang berat dapat mengakibatkan matinya daun (kering). Thrips ini kadang-kadang berperan sebagai penular (vektor) penyakit virus.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap dengan selisih waktu cukup lama karena tanaman muda akan terserang parah.
Kimiawi, yaitu yaitu disemprot dengan insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc / Polydor/ matador.

PENYAKIT CABAI

Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Bakteri layu mempunyai banyak tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang, kacang tanah dan cabai. Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan alat-alat pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir (slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok. Penyakit bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.

Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu :

  • Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
  • Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang.
  • Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
  • Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabai tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum.
  • Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae

Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah (masam). Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :


  • Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit.
  • Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral.
  • Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat.
  • Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan.
  • Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber atau terkena cendawan.

Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby).
Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau "patek". Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici. Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang yang bagian tengahnya berwarna gelap. Cendawan C. capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan buah cabai mengkerut dan mengering menyerupai "mummi" dengan warna buah seperti jerami.
Pengandalian dapat dilakukan dengan cara :
  • Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Benomyl atau Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun berbahan aktif Captan (Orthocide) dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman benih antara 4-8 jam.
  • Pengaturan jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum tidak terlalu lembab. Pada musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 40 x 60 cm, baik sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.
  • Pembersihan (sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
  • Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian dimusnahkan (dibakar).
  • Penyemprotan dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc/lt, Velimek, Dithane M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut efektif menekan Antraknosa.
  • Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae (tomat, kentang, terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk memotong siklus hidup cendawan penyebab penyakit Antraknosa.
Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah +0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.

Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.

Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan nampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabai yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.
  
Virus
Penyakit virus pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus(TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV).
Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.
Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara :
Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif.
Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan.
Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.

Budidaya Cabe merah - yuno

                 

                           CARA MUDAH MENANAM CABE MERAH KRITING

        Budidaya cabai keriting adalah hal yang sangat menarik untuk menambah pemasukan keuangan dan sudah tidak asing lagi, tetapi kalau menanamnya di lahan kering atau lahan tadah hujan, membutuhkan tehnik khusus agar mendapatkan hasil yang maksimal. Kita hanya dapat menanam dua kali saja dalam setahun, karena setiapa pasca panen harus di selingi dengan tanaman yag lain. Inilah tehnik budidaya cabai keriting di lahan kering ataupun basah:

1. Persiapan Lahan

        Lahan dibuat guludan dengan ukuran lebar 100-110 cm, panjang menyesuaikan dengan lahan. Tinggi guludan 40-60 cm (tergantung keadaan lahan), jarak antar guludan/parit 80 – 100 cm, itu berguna untuk:
  • Perkembangan Tanaman Cabe Tersebut
  • Mengurangi penyakit atau hama pada tanaman cabe
  • Memudahkan kita dalam merawat tanaman cabe tersebut

Persyaratan lahan untuk Tanaman cabai  sistem MPHP adalah :


  • Tempatnya terbuka agar mendapat sinar matahari secara penuh.
  • Lahan bukan bekas pertanaman yang sefamili, seperti kentang, tomat, terung taupun tembakau ; guna menghindari risiko serangan penyakit.
  • Lahan yang paling baik adalah berupa tanah sawah bekas tanaman padi, agar tidak perlu membajak cukup berat.
  • Cukup tersedia air

Syarat tanah untuk tanaman


  • gembur
  • subur atau banyak mengandung unsur hara
  • jangan tergenang air
Alat yang diperlukan


  • Cangkul, garpu tanah, kored, gembor ember, ember, meteran, timbangan dan tali kenca (untuk ukuran pelurus bedeng dan tanaman).
Bahan diperlukan untuk budidaya cabe


  • Benih cabai, pupuk kandang, pupuk organik, TSP, Bambu, Insektisida, Fungisida, KCL, Polibet kecil, tali plastik.
Pengolahan tanah


  • Dapat Anda lakukan dengan membajak atau mencangkul sedalam 30-50 cm atau sesuai bentuk lahan, hingga tanah menjadi gembur. Setelah itu biarkan 21-35 hari untuk mendapatkan sinar matahari.
  • Pembuatan bedeng
  • Lebar bedeng 100 120 cm.
  • Tinggi bedeng 40 60 cm. (tergantung bentuk lahan)
  • Jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 80 100 cm . arah bedeng dari timur ke barat (berguna agar seluruh tanaman cabai merata terkena sinar matahari).
Syarat pupuk pada bedeng


  • Syarat pupuk kandang yang baik adalah
  • tidak berbau.
  • tidak panas dan benar-benar sudah matang
  • berwarna kehitam hitaman.
2. JARAK TANAM DAN SISTEM TANAM
Jarak Tanam
Jarak tanam yang  digunakan  dalam budidaya cabai merah ini adalah 40 x 60 cm (segi tiga) dengan populasi tanaman 16.000 batang/ ha
Pemangkasan
Perempelan tunas
Penyiraman
Ketersedian air harus memadai karna itu hal utama bagi budidaya cabai merah. Pengairan/ kelembaban bedeng disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Pengapuran
Persipan media tanam dalam budidaya tanaman cabe merah dengan pemberian kapur/ doulomite sejumlah 2 ton/ ha atau secukupnya tergantung lahan

3.  PEMBIBITAN
  Pembibitan tanaman cabe keriting ini bisa dilakukan pada media pembibitan sendiri.  Media ini terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang yang dihaluskan dan diletakkan di tempat yang teduh atau diberi naungan agar jauh dari siraman air hujan secara langsung. Untuk memudahkan saat pemindahan bibit tanaman cabe keriting ini ke lahan tanam, sebaiknya pembibitan dilakukan di dalam polibag kecil.  Selama masa pembibitan, lakukan penyiraman secara teratur pagi atau sore hari.

4.  PENANAMAN
  Penanaman tanaman cabe keriting ini bisa dimulai ketika bibit sudah mencapai panjang sekitar 2 sampai 5 cm atau sekitar 15 sampai 27 hari dari masa pembibitan.  Saat memindahkan tanaman cabe keriting ini ke lahan terbuka, usahakanlah akar tanaman tidak rusak dan masuk ke dalam lubang tanam.  Buatlah jarak tanam sekitar 50cm x 50cm atau lebih, karena kanopi daun tanaman cabe keriting ini yang besar dengan batang dan cabang.

5.PEMELIHARAAN
  Pemeliharaan tanaman cabe keriting ini sama seperti tanaman cabe lainnya, yaitu penyiraman yang teratur, pemberian pupuk tambahan, pemasangan bambu penyangga atau turus/ajir, penyemprotan hama dan pemasangan mulsa plastik untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit dari dalam tanah.

6. PEMUPUKAN
 Perlakuan pemupukan  dalam budidaya cabai merah dilakuakn dalam beberapa tahap yaitu :


  • Pemupukan (ha),  pemupukan melalui akar
  • Pupuk dasar diberikan sebelum pemasangan MPHP
  • Pupuk kandang ayam 20 ton/ ha atau secukupnya
  • ZA        : 560 kg/ ha
  • TSP      : 480 kg/ ha
  • KCl       : 320 kg/ ha
  • Borax   : 16 kg/ ha
  • Curater    : 16 kg/ ha
  • Pupuk Susulan: NPK (15 : 15 : 15) sebanyak 250 kg/ ha diberikan pada umur 20, 40, 60, 80 dan 100 HST masing-masing 1/5 dari total dosis di atas.
7.PANEN
  Panen tanaman cabe keriting ini dilakukan pada masa 3 bulan setelah tanam atau sekitar 70 hari setelah tanam.  Panen dapat dilakukan lebih dari satu kali mengingat tingkat kematangan tiap buahnya berbeda-beda dalam satu pohon tanaman cabe keriting ini.


HAMA CABAI

Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Serangga dewasa dari hama ini adalah kupu-kupu, berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan ditutp dengan bulu-bulu. Jumlah telur tiap betina antara 25-500 butir. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok dan kemudian menyebar. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari. Stadium yang membahayakan dari hama Spodoptera litura adalah larva (ulat). Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar. Ulat ini memangsa /menyerang tanaman cabai. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabai. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabai menurun. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

Mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh.
Kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman.
Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc/ Polydor/ matador.
Sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan.

Kutu daun (Aphid)
Kutu daun tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabai. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Kultur teknik, yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai.
Kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc / Polydor/ matador.

Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas, kemudian merusak buah cabai. Buah-buah yang diserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk dan berlubang kecil. Buah cabai yang terserang akan dihuni larva yang pandai meloncat-loncat. Akibatnya semua bagian buah cabai rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah.
Mekanis, yaitu dengan mengumpul-kan buah cabai yang terserang, kemudian dimusnahkan.
Kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc / Polydor/ matador.

Thrips (Thrips sp.)
Spesies Thrips yang sering ditemukan adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga Thrips sangat kecil, panjang + 1 mm, berkembang biak tanpa pembuahan sel telur (partenogenesis) dan siklus hidupnya berlangsung selama 7 - 12 hari. Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang berat dapat mengakibatkan matinya daun (kering). Thrips ini kadang-kadang berperan sebagai penular (vektor) penyakit virus.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
Kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap dengan selisih waktu cukup lama karena tanaman muda akan terserang parah.
Kimiawi, yaitu yaitu disemprot dengan insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc / Polydor/ matador.

PENYAKIT CABAI

Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Bakteri layu mempunyai banyak tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang, kacang tanah dan cabai. Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan alat-alat pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir (slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok. Penyakit bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.

Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu :

  • Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
  • Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang.
  • Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
  • Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabai tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum.
  • Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae

Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah (masam). Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :


  • Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit.
  • Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral.
  • Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat.
  • Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan.
  • Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber atau terkena cendawan.

Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby).
Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau "patek". Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici. Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang yang bagian tengahnya berwarna gelap. Cendawan C. capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan buah cabai mengkerut dan mengering menyerupai "mummi" dengan warna buah seperti jerami.
Pengandalian dapat dilakukan dengan cara :
  • Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Benomyl atau Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun berbahan aktif Captan (Orthocide) dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman benih antara 4-8 jam.
  • Pengaturan jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum tidak terlalu lembab. Pada musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 40 x 60 cm, baik sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.
  • Pembersihan (sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
  • Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian dimusnahkan (dibakar).
  • Penyemprotan dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc/lt, Velimek, Dithane M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut efektif menekan Antraknosa.
  • Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae (tomat, kentang, terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk memotong siklus hidup cendawan penyebab penyakit Antraknosa.
Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah +0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.

Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.

Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan nampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabai yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.
  
Virus
Penyakit virus pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus(TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV).
Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.
Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara :
Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif.
Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan.
Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.