Budidaya cabai keriting adalah hal yang
sangat menarik untuk menambah pemasukan keuangan dan sudah tidak asing lagi,
tetapi kalau menanamnya di lahan kering atau lahan tadah hujan, membutuhkan
tehnik khusus agar mendapatkan hasil yang maksimal. Kita hanya dapat menanam dua kali saja dalam setahun,
karena setiapa pasca panen harus di selingi dengan tanaman yag lain. Inilah
tehnik budidaya cabai keriting di lahan kering ataupun basah:
1. Persiapan Lahan
Lahan dibuat guludan dengan ukuran
lebar 100-110 cm, panjang menyesuaikan dengan lahan. Tinggi guludan 40-60 cm
(tergantung keadaan lahan), jarak antar guludan/parit 80 – 100 cm, itu berguna
untuk:
- Perkembangan Tanaman Cabe Tersebut
- Mengurangi penyakit atau hama pada tanaman cabe
- Memudahkan kita dalam merawat tanaman cabe tersebut
Persyaratan
lahan untuk Tanaman cabai sistem MPHP
adalah :
- Tempatnya terbuka agar
mendapat sinar matahari secara penuh.
- Lahan bukan bekas pertanaman
yang sefamili, seperti kentang, tomat, terung taupun tembakau ; guna
menghindari risiko serangan penyakit.
- Lahan yang paling baik adalah
berupa tanah sawah bekas tanaman padi, agar tidak perlu membajak cukup berat.
- Cukup tersedia air
Syarat
tanah untuk tanaman
- gembur
- subur atau banyak mengandung unsur hara
- jangan tergenang air
Alat
yang diperlukan
- Cangkul, garpu tanah, kored, gembor ember, ember, meteran, timbangan dan tali kenca (untuk ukuran pelurus bedeng dan tanaman).
Bahan
diperlukan untuk budidaya cabe
- Benih cabai, pupuk kandang, pupuk organik, TSP, Bambu, Insektisida, Fungisida, KCL, Polibet kecil, tali plastik.
Pengolahan
tanah
- Dapat Anda lakukan dengan membajak atau mencangkul sedalam 30-50 cm atau sesuai bentuk lahan, hingga tanah menjadi gembur. Setelah itu biarkan 21-35 hari untuk mendapatkan sinar matahari.
- Pembuatan bedeng
- Lebar bedeng 100 – 120 cm.
- Tinggi bedeng 40 – 60 cm. (tergantung bentuk lahan)
- Jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 80 – 100 cm . arah bedeng dari timur ke barat (berguna agar seluruh tanaman cabai merata terkena sinar matahari).
Syarat
pupuk pada bedeng
- Syarat pupuk kandang yang baik adalah
- tidak berbau.
- tidak panas dan benar-benar sudah matang
- berwarna kehitam hitaman.
2. JARAK TANAM DAN SISTEM TANAM
Jarak Tanam
Jarak tanam
yang digunakan dalam
budidaya cabai merah ini adalah 40 x 60 cm (segi tiga) dengan populasi tanaman
16.000 batang/ ha
Pemangkasan
Perempelan
tunas
Penyiraman
Ketersedian
air harus memadai karna itu hal utama bagi budidaya cabai merah. Pengairan/
kelembaban bedeng disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Pengapuran
Persipan
media tanam dalam budidaya tanaman cabe merah dengan pemberian kapur/ doulomite
sejumlah 2 ton/ ha atau secukupnya tergantung lahan
3. PEMBIBITAN
Pembibitan tanaman cabe keriting ini bisa dilakukan pada media
pembibitan sendiri. Media ini terdiri dari
campuran tanah dan pupuk kandang yang dihaluskan dan diletakkan di tempat yang
teduh atau diberi naungan agar jauh dari siraman air hujan secara langsung. Untuk memudahkan saat
pemindahan bibit tanaman cabe keriting ini ke lahan tanam, sebaiknya pembibitan
dilakukan di dalam polibag kecil. Selama
masa pembibitan, lakukan penyiraman secara teratur pagi atau sore hari.
4. PENANAMAN
Penanaman tanaman cabe keriting ini bisa dimulai ketika bibit sudah
mencapai panjang sekitar 2 sampai 5 cm atau sekitar 15 sampai 27 hari dari masa
pembibitan. Saat memindahkan tanaman
cabe keriting ini ke lahan terbuka, usahakanlah akar tanaman tidak rusak dan
masuk ke dalam lubang tanam. Buatlah
jarak tanam sekitar 50cm x 50cm atau lebih, karena kanopi daun tanaman cabe
keriting ini yang besar dengan batang dan cabang.
5.PEMELIHARAAN
Pemeliharaan tanaman cabe keriting ini sama seperti tanaman cabe
lainnya, yaitu penyiraman yang teratur, pemberian pupuk tambahan, pemasangan
bambu penyangga atau turus/ajir, penyemprotan hama dan pemasangan mulsa plastik
untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit dari dalam tanah.
6. PEMUPUKAN
Perlakuan pemupukan dalam
budidaya cabai merah dilakuakn dalam beberapa tahap yaitu :
- Pemupukan (ha), pemupukan melalui akar
- Pupuk dasar diberikan sebelum pemasangan MPHP
- Pupuk kandang ayam 20 ton/ ha atau secukupnya
- ZA : 560 kg/ ha
- TSP : 480 kg/ ha
- KCl : 320 kg/ ha
- Borax : 16 kg/ ha
- Curater : 16 kg/ ha
- Pupuk Susulan: NPK (15 : 15 : 15) sebanyak 250 kg/ ha diberikan pada umur 20, 40, 60, 80 dan 100 HST masing-masing 1/5 dari total dosis di atas.
7.PANEN
Panen tanaman cabe keriting ini dilakukan pada
masa 3 bulan setelah tanam atau sekitar 70 hari setelah tanam. Panen dapat
dilakukan lebih dari satu kali mengingat tingkat kematangan tiap buahnya
berbeda-beda dalam satu pohon tanaman cabe keriting ini.
HAMA CABAI
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Serangga dewasa dari hama ini
adalah kupu-kupu, berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan.
Meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan ditutp dengan
bulu-bulu. Jumlah telur tiap betina antara 25-500 butir. Telur akan menetas
menjadi ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok dan kemudian menyebar. Ciri
khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga
berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi
pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur
menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari. Stadium yang membahayakan dari
hama Spodoptera litura adalah larva (ulat). Menyerang bersama-sama dalam jumlah
yang sangat besar. Ulat ini memangsa /menyerang tanaman cabai. Serangan ulat
grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam
hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun
bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan
daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabai.
Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan;
sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabai
menurun. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan
cara :
•Mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan
ulat-ulatnya dan langsung dibunuh.
•Kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan
kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama,
serta melakukan rotasi tanaman.
•Hayati
(biologis) kimiawi, yaitu
disemprot dengan insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc/ Polydor/ matador.
•Sex pheromone, yaitu perangkap ngengat
(kupu-kupu) jantan.
Kutu daun (Aphid)
Kutu daun tersebar di seluruh
dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis
tanaman inang, termasuk tanaman cabai. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara,
yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat
berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini
berkisar antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara
mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya.
Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang
kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.
Pengendalian secara terpadu
terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
•Kultur teknik, yaitu menanam tanaman
perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai.
•Kimiawi, yaitu disemprot dengan
insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc / Polydor/ matador.
Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna coklat-tua,
dan meletakkan telurnya di dalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas,
kemudian merusak buah cabai. Buah-buah yang diserang akan menjadi bercak-bercak
bulat, kemudian membusuk dan berlubang kecil. Buah cabai yang terserang akan
dihuni larva yang pandai meloncat-loncat. Akibatnya semua bagian buah cabai
rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4
minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu
terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
•Kultur teknik, yaitu dengan pergiliran
tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah.
•Mekanis, yaitu dengan mengumpul-kan
buah cabai yang terserang, kemudian dimusnahkan.
•Kimiawi, yaitu disemprot dengan
insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc / Polydor/ matador.
Thrips (Thrips sp.)
Spesies Thrips yang sering
ditemukan adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman
(polifag). Serangga Thrips sangat kecil, panjang + 1 mm, berkembang biak tanpa
pembuahan sel telur (partenogenesis) dan siklus hidupnya berlangsung selama 7 -
12 hari. Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan
gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang
berat dapat mengakibatkan matinya daun (kering). Thrips ini kadang-kadang
berperan sebagai penular (vektor) penyakit virus.
Pengendalian secara terpadu
terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :
•Kultur teknis, yaitu dengan pergiliran
tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap dengan selisih waktu cukup
lama karena tanaman muda akan terserang parah.
•Kimiawi, yaitu yaitu disemprot dengan
insektisida Curacron 500 cc/ pegasus 500 sc / Polydor/ matador.
PENYAKIT CABAI
Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Bakteri layu mempunyai banyak
tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang, kacang tanah dan cabai.
Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang
sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan alat-alat
pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di dataran
rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya
menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu
menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang
diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air
bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan
berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir
(slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman cabai
adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh
bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok. Penyakit
bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi
paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.
Pengendalian penyakit bakteri
layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu :
- Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
- Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang.
- Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
- Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabai tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum.
- Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae
Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Layu Fusarium disebabkan oleh
organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada
tanah-tanah yang ber pH rendah (masam). Gejala serangan yang dapat diamati
adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian
diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut
seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit
dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Untuk membuktikan
penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang
tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih).
Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan
secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat
suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya
serangan Fusarium.
Pengendalian penyakit layu
Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
- Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit.
- Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral.
- Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat.
- Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan.
- Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber atau terkena cendawan.
Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby).
Bercak daun dan buah cabai
sering disebut penyakit Antraknose atau "patek". Penyakit ini menjadi
masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium
piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum
capsici. Cendawan G. piperatum
umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung. Gejala serangan
penyakit ini ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan
berlekuk, serta tepi bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan akan terus
membesar dan memanjang yang bagian tengahnya berwarna gelap. Cendawan C.
capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan
ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas
menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang
merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan buah
cabai mengkerut dan mengering menyerupai "mummi" dengan warna buah
seperti jerami.
Pengandalian dapat dilakukan
dengan cara :
- Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Benomyl atau Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun berbahan aktif Captan (Orthocide) dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman benih antara 4-8 jam.
- Pengaturan jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum tidak terlalu lembab. Pada musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 40 x 60 cm, baik sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.
- Pembersihan (sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
- Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian dimusnahkan (dibakar).
- Penyemprotan dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc/lt, Velimek, Dithane M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut efektif menekan Antraknosa.
- Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae (tomat, kentang, terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk memotong siklus hidup cendawan penyebab penyakit Antraknosa.
Bercak Daun (Cercospora
capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun
adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan
bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan
garis tengah +0,5 cm. Di pusat bercak nampak
berwarna pucat sampai putih dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang
berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung
berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti
Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.
Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak
Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan
timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran
konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu.
Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan
kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak
Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot
fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.
Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula
menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan nampak pada daun yaitu
bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang.
Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai dengan
gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang
menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu
panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam
yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabai
yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ,
Kocide atau Polyram secara berselang-seling.
Virus
Penyakit virus pada tanaman
cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus
Y (PVY), Tobacco
Etch Virus (TEV), Tobacco
Mosaic Virus (TMV), Tobacco
Rattle Virus(TRV), dan
juga Tomato
Ringspot Virus (TRSV).
Gejala penyakit virus yang
umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV,
CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor)
seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang terserang virus seringkali
mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.
•Pengendalian penyakit virus
ini dapat dilakukan dengan cara :
•Pemberantasan serangga vektor
(penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif.
•Tanaman cabai yang menunjukkan
gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan.
•Melakukan pergiliran (rotasi)
tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar